Senin, 19 Desember 2016

KHUTBAH JUM’AT; AL-QUR’AN SEBAGAI TEMPAT KEMBALI

Oleh
 Dodo Kurniawan, SE., ME.
Mesjid Subulussalam Desa Matua
Desember 2016

Hadirin sidang Jum’at yang berbahagia
Pertama dan paling utama, marilah kita panjatkan puji dan syukur kita kehadiran Allah  SWT atas segala nikmat kesehatan, kesempatan dan sekaligus nikmat Islam dan Iman sehingga kita sebagai ummat Islam bisa menjalankan ibadah sholat Jum’at berjama’ah
Sholawat dan salam kita senantiasa bacakan kepada Nabi Muhammad yang sepanjang hayatnya gigih berjuang mengorbankan jiwa, raga, harta dan bendanya hanya untuk menegakkan agama Islam. Agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam raya ini.
Khotib berwasiat kepada Jama’ah Jum’at sekalian, terutama pada diri khotib pribadi dan keluarga, marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan cara menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya sesuia tingkat keimanan dan ketaqwaan kita masing-masing dan dilakukan secara bertahap serta terus menerus dengan istiqomah (konsisten).
Hadirin sidang Jum’at yang dimuliakan Allah
Adapun judul khutbah pada jum’at tanggal 23 Desember 2016 yakni Al-Qur’an sebagai Tempat Kembali.
Allah SWT. Berfirman.  
9. Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar,
Dasar utama syariat Islam yang dibawah oleh Nabi Muhammad SAW. Ialah Al-Qur’an. Nabi Muhammad SAW. Memimpin umatnya menuju ksempurnaan hidup lahir dan batin, dunia dan akhirat juga dengan Al-Qur’an. Bahkan dengan senjata Al-Qur’an itulah, Nabi Muhammad SAW. Berhasil mengangkat derajat umatnya dari lembah kehinaan dan kesengsaraan yang disebabkan keadaan moral manusia pada waktu itu sudah sangat bejat atau penyakit krisis akhlak. Namun dengan bimbingan Al-Qur’an, penyakit akhlak ini dapat terobati sehingga umat Nabi Mumahammad SAW. Dapat berbalik menjadi umat yang terhormat, memiliki kepribadian luhur, dan tahu akan hak dan kewajiban dalam hidup ini.
Dari lembaran sejarah perkembangan umat Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW. Dan pada masa-masa keemasan Islam ketika mengalami kemajuan yang sangat pesat dan mengalami kejayaan yang begitu hebat, terbukti bahwa semua itu karena mereka benar-benar memegang teguh ajaran Al-Qur’an, sangat mengagumi Al-Qur’an, menjunjung tinggi perintah Allah SWT., dan mengamalkannya dengan sungguh-sungguh. Begitu hebatnya Al-Qur’an dalam melambangkan kesucian, kebenaran dan keadilan dalam kehidupan umat manusia sehingga pada zaman itu Al-Qur’an benar-benar merupakan pelita yang tak junjung padam bagi umat Islam, yang selalu menyinari perjuangan kaum muslimin menuju arah jalan hidup yang benar di mana pun juga. Firman Allah, seperti ayat 9 surat al-Isra’ mengisaratkan hal itu.
Betapa pun hebatnya umat Islam pada zaman itu dalam mencari kemajuan dunia dengan sehebat-hebatnya, mereka tak pernah meninggalkan Al-Qur’an sedikit pun. Suara seruan dan cahaya Al-Qur’an dapat menembus hati mereka hingga kecintaan umat Islam terhadap Al-Qur’an pada zaman itu telah mendarah daging. Jiwa mereka menjadi tentram, hati mereka merasa terobati, pikiran mereka menjadi tenang karena pentunjuk-petunjuk Al-Qur’an.
Besarnya perhatian umat Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW.terhadap Al-Qur’an terbukti dengan banyaknya para sahabat yang hafal Al-Qur’an dan menjadikannya sebagai alat menghubungkan diri dengan   dengan Allah SWT. Untuk mencari ketentraman hidup. Para sahabat bukan hanya sekedar menghafal bacaan Al-Qur’an, tetapi betul-betul memahami isinya, rahasia hikamh yang terkandung di dalamnya.
Dari lembaran sejarah pula, kita dapat mengetahui bahwa di antara factor-faktor yang menyebabkan kaum muslimin mengalami kemunduran, bahkan keadaan rohani mereka makin lama makin merosot, di antaranya adalah karena makin lama mereka makin jauh dari Al-Qur’an. Kecintaan seorang muslim terhadap Al-Qur’an makin berkurang dan amal-amal mereka banyak yang tidak sesuai dengan ajaran Al-Qur’an.
Suasana rumah tangga pun menjadi muram dan suram karena tidak pernah mendapat sinar cahaya dari Al-Qur’an. Dalam rumah mereka pernah terdengar lagi suara Al-Qur’an. Yang ada hanya suar nafsu, suara hati yang selalu tunduk dibawah bujukan setan sehingga jiwanya tak pernah merasa tentram. Kehidupan mereka menjadi terlepas dari pertolongan Allah SWT. Karena tidak ada lagi tali yang menghubungkan dirinya dengan Allah, yaitu Al-Qur’anul Karim.   
82. dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.
Menyikapi perubahan pola hidup umat Islam, Abu Bakar pernah menyampaikan sebuah sinyalemen sekaligus nasihat kepada sahabat yang lain, “kelak akan kalian saksikan kepemimpinan seorang pemimpin yang berkuasa secara dictator dan otoriter. Akibatnya, kondisi rakyat saat itu terpecah- belah dan banyak darah yang mengalir sia-sia disebabkan banyaknya pertentangan serta pertikaian di antara mereka. Kemudian kebatilan pun semakin menjadi-jadi padahal ahli kebenaran berada di tengah-tengahnya, tetapi pada kenyataannya tidak mempunyai pengaruh sama sekali, lalu seakan-akan norma kebaikan menjadi hilang”.
Andaikan kondisinya seperti itu, Abu Bakar pun melanjutkan pernyataannya sebagi solusi untuk mengatasi keadaan yang dihadapi umat saat itu, ”Hendaklah mereka kembali ke Masjid serta sebarkan Al-Qur’an dan berpegang teguhlah padanya.”
Kalau kita mencermati, pernyataan yang dikutib dari kitab Atsar Shahabah itu benar-benar terbukti. Sinyalemen tersebut dapat dilihat dari sejarah perjalanan umat Islam, mulai dari kepemimpinan Mu’awiyah hingga umat Islam terpecah-belah dan tersebar di berbagai Negara. Penyebab utamanya adalah ketidakmampiun sekaligus sikap arogan para pemimpinnya sehingga kelemahan yang ada dalam umat yang dipimpinnya tidak pernah diperbaiki. (contoh Negara Islam di timur tengah Surya, Irak, Tunesia, dll).
Di Negara kita sendiri, fenomena yang muncul di masyarakat, yaitu adanya perang sudara dengan isu-isu sara yang tak pernah berkesudahan, serta yang paling mengecewakan adalah terjadinya perpecahan di tubuh umat Islam itu sendiri karena memperjuangkan idealism tokohnya masing-masing. Di sisi lain para tokoh agama dan lembaga-lembaga keagamaan, baik swasta maupun yang dibiayai oleh Negara, terus menyebarkan nilai-nilai kebenaran, tetapi kenyataannya tidak pernah memberikan bekas pada kehidupan ini. Perjudian, perzinaan, dan mabuk-mabukkan serta berbagai penyimbangan hidup lainnya semakin merajalela di tanah air kita ini bahkan terjadi di daerah kita dan yang lebih memprihatinkan lagi terjadi di lingkungan kita tercinta ini.
Selain itu pula, keadaan politik, ekonomi, social, budaya dan pendidikan semakin terpuruk kelembah juruang kehancuran. Rakyat kecil menderita karena semakin timpangnya kesenjangan antara si Miskin dan si Kaya, moralitas pemuda menjadi rusak, dan anak-anak kehilangan masa depan, tak lagi ceria menatap hari esoknya sebab menjadi korban konflik yang tak berkesudahan, dan tentu saja perekonomian pun menjadi terburuk.
Apabila keadaan sudah carut marut seperti ini, nasihat Abu Bakar di atas memberikan dua solusi kepada kita.
Solusi Pertama adalah kembali ke Masjid. Maksudnya, tidak sekedar memakmurkan masjid secara fisik saja, melainkan yang terpenting membangun nilai-nilai masjid kedalam kehidupan ini. Sebab sholat berjamaah yang dilakukan di masjid mempunyai makna filofosi yang sangat dalam, yaitu bermakna kebersamaan. Nilai-nilai tersebut sangat penting artinya dikala bangsa dan daerah serta lingkungan kita sedang mengalami pertentangan.
Hal ini sesuai dengan Hadis Rasulullah SAW.
Sholat Jama’ah adalah rahmat dan dia lebih baik dari dunia dan isinya. Jama’ah adalah rahmat, bercerai berai adalah siksa.”
Maka peribahasa yang mengatakan, Bersatu kita teguh dan bercerai kita runtuh” mengamanatkan kepada kita bahwa kita harus selalu menjaga persatuan dan kesatuan. Tak terbayangkan jika bangsa, daerah dan lingkungan kita ini satu sama lain tidak lagi menjaga nilai-nilai kebersamaan.
Kemudian makna filosofi kedua dari sholat berjamaah adalah pendidikan diri agar rendah ahti. Hal tersebut dicerminkan dari takbir yang pertama ketika hendak sholat yang merupakan gambaran kepasrahan totalitas jiwa kita kepada Allah SWT. Bahwa diri ini lemah dan kecil, tidak ada yang paling angung, melainkan Allah SWT. Jika nilai-nilai takbir ini terwujud oleh setiap anak bangsa, niscaya tidak ada lagi sifat orogansi para elit politik, satu golongan dengan golongan lainnya, dan suku satu dengan lainnya,
Makna selanjutnya adalah kepedulian sosial. Makna tersebut diisyaratkan dalam salam terakhir sebagai penutup sholat. Salam yang kita lontarkan ke samping kanan dan kiri mengamanatkan bahwa kita harus selalu memperhatikan nasib mereka yang ada disekeliling kita karena salam berarti kesejahteraan. Di saat krisis multidimensional ini diperlukan sikap peduli antara sesame. Terutama  musibah yang tengah melanda negeri kita atau saudara-saudara kita di Aceh.
 Solusi Kedua adalah kembali pada Al-Qur’an. Maksudnya, merealisasikan nilai-nilai Al-Qur’an ke dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa kenyataanya harus lebih fasih daripada bahasa bacaannya lantaran ia merupakan pegangan hidup bagi umat manusia, sekaligus pembeda antara hak (benar) dan yang Batil (Salah) (minal huda wal furqaan), seperti yang tercantun dalam surat Al-Baqarah.  
184. (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan[114], Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
Sejalan dengan itu, Rasulullah SAW. Pun pernah memberikan wasiat kepada kita tatkal akan wafat, yaitu, “Kutinggalkan untuk kalian dua perkara. Jika kalian berpegang teguh kepada dua perkara tersebut, kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah” (H.R. Bukhari).
Untuk itu, perlu ditanamkan nilai-nilai Qur’ani di dalam hidup ini supaya kita semua senantiasa tidak tersesat.
Demikian isi Khutbah yang dapat saya sampaikan. Semoga kita dapat menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah sebagai pedoman dan petunjuk dalam menjalani hidup dan kehidupan di sisah umur kita ini.

PRODUKTIVITAS: PERANAN DAN FAKTOR -FAKTOR PENENTUANNYA

Menjelaskan lebarnya kesenjangan dalam standar hidup setiap Negara di dunia, di satu pihak, sangatlah mudah. Seperti yang akan kita lihat, penjelasan tersebut dapat disimpulkan dalam satu kata, yaitu Produktivitas. namun dilihat dari sudut pandang yang berbeda, dalam cakupan internasional, hal ini tidaklah sesederhana itu. Untuk menjelaskan mengapa tingkat pendapatan suatu Negara lebih tinggi daripada Negara lain, kita harus memperhatikan faktor-faktor yang menentukan produktivitas suatu Negara.
Mengapa Produktivitas sangat penting?
Mari kita mulai pembahasan tentang produktivitas dan pertumbuhan ekonomi dengan membuat model sederhana berpatokan secara bebas pada novel terkenal Daniel Defoe yang berjudul Robinson crusoe. Robinson crusoe , yang kita kenal, adalah seorang pelaut yang terdampar disebuah pulau terpencil. Karena Crusoe hidup sendiri sehingga dia harus menangkap ikan, menanam sayur, dan membuat pakaian untuk keperluannya sendiri. Kita anggap kegiatang yang dilakukan oleh  Crusoe –produksi dan konsumsi ikan, sayur serta pakaian-sebagai bentuk kegiatan ekonomi sederhana. Membahas kegiatan ekonomi Crusoe tersebut dapat kita ambil beberapa pelajaran yang nantinya dapat diaplikasikan dalam kegiatan ekonomi yang lebih kompleks dan nyata.
Apa yang mempengaruhi standar hidup Crusoe? Jawabannya jelas, jika Crusoe adalah seorang ahli menangkap ikan, menanam sayur, dan menjahit pakaian maka dia akan hidup sejahtera.  Jika sebaliknya dia tidak pandai melakukan kegiatan tersebut, hidupnya akan sengsara. Jadi, standar hidupnya tergantung pada kemampuan produktivitas karena Crusoe hanya dapat mengkonsumsi apa yang dia hasilkan sendiri.
Istilah produktivitas merujuk pada banyaknya barang atau jasa yang dihasilkan oleh seorang pekerja setiap jam kerjanya. Pada kasus kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh Crusoe, mudah dilihat bahwa produktivitas adalah kunci yang menentukan standar hidup dan meningkatnya produktivitas akan mengakibatkan perubahan standar hidup menjadi lebih baik. Semakin dapat banyak ikan yang ditangkap oleh Crusoe per jamnya maka semakin banyak ikan yang dia makan. Jika Crusoe dapat menemukan tempat yang lebih baik untuk menangkap ikan maka produktivitasnya akan meningkat. Bertambahnya produktivitas ini mengubah kondisinya menjadi lebih baik: dia dapat makan ikan lebih banyak atau dia dapat melakukan kegiatan lain yang menyenangkan karena waktunya tidak dihabiskan untuk menangkap ikan.
Peran kunci produktivitas dalam menentukan tingkat standar hidup  yang berlaku pada sebuah Negara sama halnya seperti pada seorang pelaut. Lihat kembali bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) perekonomian suatu negara mengukur dua hal sekaligus, yaitu total pendapatan yang diperoleh setiap penduduk dalam kegiatan ekonomi dan total biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang dan jasa. Alas an mengapa PDB dapat mengukur kedua hal tersebut secara simultan (bersamaan) adalah bahwa kegiatan ekonomi merupakan suatu kesatuan utuh yang harus seimbang atau dengan kata lain pendapatan sama dengan pengeluaran.
Seperti Crusoe, sebuah Negara dapat menikmati tingkat standar hidup yang tinggi hanya jika Negara tersebut dapat memproduksi barang dan jasa dalam jumlah yang banyak. Penduduk Jepang hidup lebih baik daripada penduduk Indonesia karena pekerja Jepang lebih produktif dari pekerja Indonesia karena pekerja Jepang lebih dapat meningkatkan produktivitasnya. Jadi benar, salah satu dari Sepuluh prinsip ekonomi mengatakan bahwa tingkat standar hidup suatu Negara tergantung kemampuannya untuk memproduksi barang dan jasa.
Oleh karena itu, untuk dapat memahami jurang perbedaan standar hidup yang kita lihat di seluruh dunia setiap saat. Kita harus memfokuskan pembahasan kegiatan produksi barang dan jasa suatu Negara. Namun, memahami hubungan antar tingkat standar hidup dengan produktivitas hanyalah langkah pertama. Hal ini secara alamiah akan menuntun kita pada pertanyaan berikut. Yaitu Mengapa suatu Negara lebih baik dalam produksi atau menghasilkan barang dan jasa dibandingkan dengan Negara lain?.
Bagaimana Produktivitas Ditentukan?
Walaupun produktvitas secara unik penting dalam menentukan standar hidup Robinson Crusoe, banyak factor yang menentukan produktivitas Crosoe. Sebagai contoh, Crosoe akan menangkap ikan dengan lebih baik apabila dia mempunyai banyak kelengkapan alat pancing, dia memiliki keahlian memancing, dan jika dia dapat menciptakan umpan yang llebih baik, atau dia terdampar di pulau yang banyak ikannya. Setiap factor yang menentukan produktivitas Crusoe-dapat kita sebut sebagai modal fisik, modal manusia, sumber daya alam, dan wawasan teknologi-mempunyai padanan dalam kegiatan ekonomi nyata dan dalam konteks yang lebih kompleks. Mari kita bahas satu persatu keempat factor tersebut.
1.   Modal Fisik
Pekerja akan lebih produktif jika dia memiliki peralatan yang membantu pekerjaanya. Kelengkapan peralatan dan struktur yang dipakai dalam kegiatan memproduksi barang dan jasa disebut dengan modal fisik (physical capital), atau hanya disebut modal. Sebagai contoh, mesin bor, dan lain-lain. Semakin banyak dan lengkap peralatan untuk membuat pekerjaan maka semakin cepat dan hasilnya semakin baik. Dapat dikatakan bahwa seorang tukang kayu yang hanya mengandalkan peralatan sederhana akan menghasilakan lebih sedikit furniture pada setiap minggunya daripada tukang kayu yang menggunakan peralatan khusus dan canggih.
Input yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa-tenaga kerja, modal, dan lain-lain disebut dengan factor-faktor produksi. Modal adalah bagian yang penting dalam menghasilkan factor-faktor produksi lainnya. Jadi, modal adalah input pada sebuah proses produksi yang merupakan output suatu proses produksi sebelumnya. Tukang kayu menggunakan mesin bubut untuk membuat kaki meja. Sebelumnya mesin bubut itu sendiri merupakan hasil proses produksi perusahaan yang membuat mesin bubut. Pabrik mesin bubut menggunakan peralatan lainnya untuk membuat produknya tersebut. Dengan demikian, modal adalah sebuah factor produksi yang digunakan untuk menghasilkan segala jenis barang dan jasa, termaksud modal yang akan digunakan untuk kegiatan produksi selanjutnya.

2.   Modal Manusia
Factor penentu produktivitas yang kedua adalah modal manusia (human capital), istilah dalam ekonomi untuk pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh pekerja melalui pendidikan, pelatihan, dan pengalaman. Modal manusia termaksud kecakapan yang dibentuk mulai masa kanak-kanak, sekolah, universitas, dan balai pelatihan kerja termaksud orang dewasa yang sudah termaksud angkatan kerja.
Walaupun pendidikan, pelatihan dan pengalaman lebih bersifat abstrak dibandingkan dengan mesin bubut, bulldozer, dan bangunan, modal manusia memeliki beberapa kesamaan dengan modal fisik. Seperti halnya modal fisik, modal manusia juga meningkatkan kemampuan sebuah Negara untuk memproduksi barang dan jasa. Untuk menghasilakn modal manusia dibutuhkan masukan seperti guru, perpustakaan, dan waktu pembelajaran yang dihabiskan oleh seorang pelajar. Benar juga bahwa seorang pelajar dapat dianggap “pekerja” yang mempunyai tugas penting menghasilkan modal manusia yang akan berperan dalam kegiatan produksi pada masa mendatang.

3.   Sumber Daya Alam
Factor penentu produktivitas yang ketiga adalah sumber daya alam (natural resources). Sumber daya alam merupakan masukan dalam kegiatan produksi yang disediakan oleh alam, seperti tanah, sungai dan kandungan mineral. sumber daya alam dapat dikelompokan kedalam dua golongan besar, yaitu dapat diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui. Hutan merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Jika sebuah pohon ditebang, bibit dapat ditanam ditempat tersebut untuk dimanfaatkan dimasa mendatang. Minyak merupakan contoh sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui; sebab minyak bumi dihasilkan oleh alam melalui proses jutaan tahun sehingga persediannya terbatas. Jika persedian habis maka hampir mustahil untuk membuatnya lagi.
Perbedaan sifat sumber daya alam ini menyebabkan perbedaan dalam tingkat standar hidup diberbagai Negara di dunia. Sejarah keberhasilan Malaysia disebabkan oleh sebagian besar tanahnya yang subur sehingga cocok untuk pertanian. Negara di timur tengah, seperti Kuwait dan arab Saudi menjadi Negara kaya saat ini hanya karena mereka berada diatas kolam minyak terbesar didunia.
Walaupun dapat menjadi sangat penting, sumber daya alam bukanlah sesuatu yang wajib bagi perekonomian untuk menjadi sangat produktif dalam menghasilkan barang dan jasa. Sebagai contoh, singapura, hongkong dan jepang adalah beberapa Negara kaya di dunia, tetapi tidak mempunyai sumber daya alam yang melimpah. Perdagang internasional yang membuat Negara-negara tersebut sukses. Mereka mengimpor banyak sumber daya alam yang dibutuhkan, seperti minyak dan mengekspor barang olahan atau menjual jasa kepada Negara yang kaya dengan sumber daya alam.

4.   Penguasaan Ilmu Pengetahun dan Teknologi
Factor keempat yang menentukan produktivitas adalah penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) pemahaman tentang cara-cara terbaik untuk memproduksi barang dan jasa. Lima puluh tahun yang lalu, sebagain besar penduduk Thailand bercocok tanam karena teknologi untuk bercocok tanam membutuhkan banyak pekerja guna menghasilkan pangan yang dibutuhkan oleh seluruh penduduk. Ketika terjadio perkembangan teknologi pertanian, hanya dibutuhkan sedikit tenaga kerja untuk dapat menghasilkan pangan dalam jumlah yang sama banyak. Merubahan teknologi ini membuat sebagian penduduk dapat memproduksi barang dan jasa lain.
Penguasaan teknologi memiliki banyak bentuk, beberapa teknologi bersifat pengetahuan umum- setelah teknologi ini digunakan oleh seseorang, setiap orang kemudian menggunakannya, sebagai contoh, ketika Henry Fort berhasil meningkatkan produksi dengan menggunakan sistem lini perakitan modil di amerika serikat, pembuat modil lain mengikutinya. Teknologi lain sifatnya tertutup milik pribadi-teknologi ini hanya diketahui oleh perusahaan yang menciptakannya. Hanya perusahaan cocala yang mengetahui teknologi rasia resep untuk membuat minuman ringannya. Ada juga teknologi yang sifatnya tertup sementara waktu, ketika sebuah perusahaan farmasi menemukan jenis obat baru, sistem paten memberikan hak sementara bagi perusahaan tersebut untuk merahasiakannya, jika waktu patennya habis maka perusahaan laiinya dapat membuata obat yang jenisnya sama. Semua bentuk sifat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi ini memiliki peran penting dalam kegiatan ekonomi produksi barang dan jasa.
Sangat perlu untuk dipahami perbedaan antara penguasaan iptek dengan modal manusia walaupun keduanya berhubungan erat, tetapi ada perbedaan penting. Penguasaan iptek merujuk pada pemahaman masyarakat tentang bagaimana sesuatu  bekerja. Modal manusia merujuk pada sumber daya yang diharapkan mentransformasikan pemahaman tersebut pada angkatan kerja. Dengan kata lain, jika di ibaratkan buku maka ilmu pengetahuan adalah kualitas isi dari sebuah buku, sedangkan modal manusia adalah banyaknya waktu yang digunakan seseorang untuk membaca buku tersebut. Produkltivitas pekerja tergantung kepada kedua hal tersebut, baik kualitas isis buku yang tersedia maupun jumalh waktu yang digunakan oleh merekla untuk mempelajarinya.

Sumber Rujukan. Mankiw, dkk. 2014. Principles of Economics an Asia Edition-Volome 2. Salemba Empat. Jakarta.
Ikuti  artikel selanjutnya; Topik “Pertumbuhan Ekonomi dan Kebijakan Publik”.

APAKAH SUMBER DAYA ALAM MEMBATASI PERTUMBUHAN?

Populasi penduduk dunia saat ini lebih banyak dibandingkan seabad yang lalu dan banyak penduduk yang menikmati standar hidup yang lebih tinggi daripada zaman dahulu. Perdebatan panjang masih berlangsung tentang apakah pertumbuhan populasi dan standar hidup ini dapat terus berlanjut pada masa yang akan datang.
Banyak pengamat beranggapan bahwa sumber daya alam membatasi pertumbuhan ekonomi dunia. Awalnya, pendapat masuk akal ini sulit ditentang. Jika dunia memiliki keterbatasan persedian sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, bagaimana mungkin populasi, produksi, dan standar hidup dapat terus bertambah sepanjang waktu? Pada akhirnya, tidakah persediaan minyak dan mineral pada akhirnya akan habis? Jika hal ini terjadi, apakah pertumbuhan ekonomi akan terhenti dan, mungkin, memaksa turunyan tingkat standar hidup?.
Walaupun muncul pendapat seperti itu, sebagian besar ekonom memandang rendahnya batasan yang dimunculkan akibat keterbatasan sumber daya ekonomi. Mereka berpendapat bahwa kemajuan teknologi seringkali menemukan jalan keluar untuk mengatasi keterbatasan tersebut. Jika kita bandingkan kondisi perekonomian saat ini dengan keadaan pada masa lalu, kita melihat bahwa ada perkembangan cara dalam penggunaan sumber daya alam. Mobil modern lebih hemat bahan bakar. Rumah model baru mempunyai penyekatan yang lebih baik dan membutuhkan lebih sedikit energi untuk memanaskan dan mendinginkannya. Banyak kilang minyak yang dapat menghasilkan lebih sedikit limbah dalam proses pengolahannya. Proses daur ulang menjadikan beberapa jenis sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dapat digunakan ulang. Pengembangan bahan bakar alternative, seperti penggunaan bioetanol dari pada petrol, menyebabkan kita beralih menggunakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui.
Lima puluh tahun yang lalu, beberapa ahli yang konservatif menghawatirkan akibat penggunaan timah dan tembaga. Seiring berjalannya waktu sumber daya alam ini menjadi komoditas yang berharga; timah digunakan untuk membungkus makanan dan tembaga dipakai untuk membuat kabel telepon. Beberapa ahli membuat peraturan daur ulang serta pembatasan penggunaan timah dan tembaga sehingga persediaanya masih ada bagi generasi yang akan datang. Saat ini, bagaimanapun, plastic telah menggatikan timah sebagai bahan untuk membuat banyak tempat makanan, jaringan telepon lebih banyak menggunakan kabel serat datar fiber optic, yang dibuat dari pasir. Kemajuan teknologi telah membuat sumber daya alam yang dahulunya penting menjadi lebih tidak dibutuhkan.
Namun, apakah semua usaha ini cukup untuk menjaga kelangsungan pertumbuhan ekonomi? Salah satu cara untuk menjawab pertanyaan ini adalah dengan melihat harga dari sumber daya alam. Di pasar ekonomi, kelangkaan direfleksikan pada harga pasar. Jika dunia kehabisan sumber daya alam maka kemudian harga sumber daya alam tersebut akan naik seiring berjalannya waktu, tetapi pada kenyataan, sering kali yang terjadi justru sebaliknya. Harga sebagian besar sumber daya alam (disesuaikan dengan inflasi secara keseluruhan) cenderung stabil atau turun. Tampaknya, kamampuan kita untuk menghemat sumber daya alam ini berkembang lebih pesat dibandingkan dengan berkurang persediaan. Harga pasar tidak diberikan alasan untuk mempercayai pendapat yang mengatakan bahwa sumber daya alam membatasi pertumbuhan ekonomi.
Sumber Rujukan. Mankiw, dkk. 2014. Principles of Economics an Asia Edition-Volome 2. Salemba Empat. Jakarta.

Ikuti  artikel selanjutnya; Topik “Produktivitas: Peranan dan Faktor-faktor Penentunya”.